Happy New Year 2021 semuanya! Harapanku ga muluk-muluk untuk tahun ini, semoga balada COVID19 segera berlalu dan kita semua terus diberikan kesehatan dan kekuatan untuk menjalani tahun ini! Nah, untuk mengawali tahun 2021 ini, aku mau sharing sedikit tentang salah satu film Disney yang uda masuk bucketlist aku, yang termasuk aku nantikan penayangannya - SOUL. Berhubung pandemic, bioskop pun ikutan libur, kalopun buka, aku belum berani juga sih, too risky.
Mengapa animasi? Mungkin ada yang berpikir ga menarik karena seperti film anak-anak, tapi aku emang suka sama karya-karya Disney dan Pixar. Pertama, karya mereka selalu berkesan dan ninggalin meaning di setiap film yang dibuat alias ga kaleng-kaleng, kamu akan selalu belajar sesuatu dari setiap film yang mereka buat. Kedua, dulu pernah kuliah dan ambil peminatan animasi, pernah ngerasain buat motion dari karakter diem sampe gerak 1 kaki (ya Lord, panjang bener langkahnya), karena tau susahnya mungkin aku jadi ikut ngerti dan menghargai seninya buat film animasi.
Well, coba sebutin film animasi apa yang berkesan buat kamu? Let me refresh - UP, Wall-E, Zootopia, dan Inside Out adalah salah 4 dari banyak karya mereka yang aku nikmatin sekaligus juga ikut ngebayangin susahnya buat animasi itu T.T
Nah, kali ini aku mau bahas tentang film SOUL yang baru aja dirilis untuk menyambut Natal, lagi-lagi as usual filmnya ga pernah lewat gitu aja, selalu ada hal baru tentang kehidupan yang bisa kamu pelajari. Kalau kamu belum nonton, better nonton dulu, baru balik ke sini untuk remind kembali tentang gregetnya si SOUL karena isinya mengandung SPOILER!
Sebelum share tentang apa yang aku dapetin dari film ini, izinkan aku share sedikit tentang latar belakang tokohnya biar kalian ga bingung bacanya. Kisah ini dimulai dengan Joe Gardner, seorang pianis jazz yang bercita-cita menjadi seorang musisi. Sayangnya, dia tidak menjalani apa yang dia suka dan malah menghabiskan waktunya sebagai guru musik di sebuah sekolah.
Ketika sedang mengajar, dia dipanggil keluar kelas dan diberitahukan bahwa dia akan menjadi guru tetap dengan kenaikan gaji, pesangon, dan asuransi sebagai pegawai tetap tentunya. Nah, logikanya siapa pun akan bahagia ketika mendengar berita itu, namun dia malah terdiam. Lain halnya ketika dia mampir ke toko ibunya, ibu dan teman-temannya girang setengah mati, "Akhirnya kamu mendapatkan pekerjaan tetap, Nak!" ucap ibunya.
Joe pun bingung karena dia tahu ini bukan passion-nya, ibunya pun mengancam Joe untuk tidak menolak kesempatan emas ini. Di tengah kebimbangan, dia mendapatkan telepon dari kenalannya yang memintanya untuk audisi menggantikan posisi pianis sebuah band kuartet pimpinan pemain saxophone Dorothe Williams (Anglea Basset). Joe pun loncat kegirangan! "Oh my God! My dream will come true! I have to make it happen no matter what!". Mungkin kurleb kayak gitu kalo aku boleh bayangin excitednya dia!
Di jalan ketika dia lagi happy-happy nya, dia gak sadar ada lubang di jalan dan dia gak sengaja terjatuh ke dalamnya. Ketika dia bangun, dia terkejut menyadari bahwa dia sedang berjalan menuju cahaya yang sangat besar, setelah dia bertanya kepada makhluk sekitarnya, dia sedang berada di Great After dan akan segera menuju ke alam berikutnya. Dia ternyata sudah meninggal! Dia tidak bisa menerimanya karena dia ingat bahwa nanti malam dia harus tampil sebagai pianis jazz. Dia pun kabur dan masuk ke Great Before; sebuah tempat di mana para jiwa akan dibentuk kepribadiannya sebelum masuk ke bumi. Secara tidak sengaja, dia pun terpilih sebagai mentor untuk 22 yang harus menemukan "spark" agar mendapatkan tiket ke Bumi.
22 adalah jiwa yang rebel, insecure, dan merasa tidak perlu untuk ke Bumi karena sudah nyaman dan cukup dengan menjadi jiwa saja. Hm.. Joe pun semakin semangat untuk membantu 22 mendapatkan "spark" agar tiket ke Bumi dapat digunakan olehnya. Aha! Di sini lah pertemanan antara "yang tidak boleh namun ingin mendapatkan" vs "yang punya kesempatan namun tidak mau mengambil" dimulai! Pada posting-an kali ini, aku mau share 6 ilmu kehidupan yang aku pelajari dari film SOUL. Take your time and enjoy reading!
1. Don't be The Lost Souls!
Dalam satu scene ketika Joe dan 22 sedang bersama Moonwind untuk mendapatkan jalur singkat ke bumi secara ilegal, mereka menjumpai banyaknya Lost Souls dalam perjalanan mereka. Dijelaskan bahwa Lost Souls adalah mereka yang terobsesi dengan sesuatu hingga tidak bisa lepas atau jiwa yang telah terjebak dalam rutinitas mereka.
Sekilas kepikiran, asli serem banget kalau kita uda terbiasa sama rutinitas, namun tenggelam karena uda pasrah dan ga tau mau apa lagi, jadi akan jalani hidup gitu gitu terus, yang penting masih bisa kerja, makan, jalan, cukup aja sampai di sini. Bisa juga berakibat depresi karena lama-lama merasa diri ga berguna dan hidup gitu-gitu aja. Gak heran bunuh diri terus meningkat karena tingginya rasa insecure mereka.
Poin ini bantu mengingatkan kita kalau kita ngerasa hidup uda ga asik lagi dan monoton, look inside, know yourself, and explore more! Nanti di masa tua, akan lebih nyesel sama apa yang ga kita lakuin dibandingkan apa yang kita lakuin tapi ga berhasil, at least ada pengalaman "pernah mencoba"! I hope we don't belong to the lost souls!
2. Never look down on people
Tanpa disadari, Joe dan 22 saling merendahkan hidup satu sama lain. 22 merendahkan Joe ketika dia melihat flashback hidupnya yang monoton, penuh dengan kesuraman dan kesendirian, dan tidak berwarna. Sedangkan Joe juga merendahkan 22 bahwa dia tidak akan berhasil di Bumi karena anaknya rebel dan dia bahkan tidak dapat menemukan "spark" nya.
Ketika aku menonton film ini, aku menyadari bahwa masing-masing mereka merasa bahwa keduanya sama hebatnya bagi masing-masing. Joe merasa dia yang paling pantas kembali ke Bumi karena dia selangkah lebih dekat dengan cita-citanya menjadi pianis jazz, sedangkan 22 merasa hidup sebagai jiwa tanpa perlu menjadi manusia adalah yang terbaik karena dia tidak perlu pusing tentang rumitnya kehidupan manusia. Kebanggaan tersebut membuat mereka terjebak dalam diri masing-masing, merasa diri paling benar dan layak!
Seiring dengan berjalannya film, mereka pun dibuat mengerti bahwa semua impian sama pentingnya bagi masing-masing karena ada tujuan/rasa syukur yang hendak dicapai.