6 Pelajaran Kehidupan dari Film Soul | WaLkin' With You...
 
 
 
Copyright © WaLkin' With You...
Design by Dzignine
Saturday, January 2, 2021

6 Pelajaran Kehidupan dari Film Soul

Happy New Year 2021 semuanya! Harapanku ga muluk-muluk untuk tahun ini, semoga balada COVID19 segera berlalu dan kita semua terus diberikan kesehatan dan kekuatan untuk menjalani tahun ini! Nah, untuk mengawali tahun 2021 ini, aku mau sharing sedikit tentang salah satu film Disney yang uda masuk bucketlist aku, yang termasuk aku nantikan penayangannya - SOUL. Berhubung pandemic, bioskop pun ikutan libur, kalopun buka, aku belum berani juga sih, too risky. 

Mengapa animasi? Mungkin ada yang berpikir ga menarik karena seperti film anak-anak, tapi aku emang suka sama karya-karya Disney dan Pixar. Pertama, karya mereka selalu berkesan dan ninggalin meaning di setiap film yang dibuat alias ga kaleng-kaleng, kamu akan selalu belajar sesuatu dari setiap film yang mereka buat. Kedua, dulu pernah kuliah dan ambil peminatan animasi, pernah ngerasain buat motion dari karakter diem sampe gerak 1 kaki (ya Lord, panjang bener langkahnya), karena tau susahnya mungkin aku jadi ikut ngerti dan menghargai seninya buat film animasi.

Well, coba sebutin film animasi apa yang berkesan buat kamu? Let me refresh - UP, Wall-E, Zootopia, dan Inside Out adalah salah 4 dari banyak karya mereka yang aku nikmatin sekaligus juga ikut ngebayangin susahnya buat animasi itu T.T

Nah, kali ini aku mau bahas tentang film SOUL yang baru aja dirilis untuk menyambut Natal, lagi-lagi as usual filmnya ga pernah lewat gitu aja, selalu ada hal baru tentang kehidupan yang bisa kamu pelajari. Kalau kamu belum nonton, better nonton dulu, baru balik ke sini untuk remind kembali tentang gregetnya si SOUL karena isinya mengandung SPOILER!

Sebelum share tentang apa yang aku dapetin dari film ini, izinkan aku share sedikit tentang latar belakang tokohnya biar kalian ga bingung bacanya. Kisah ini dimulai dengan Joe Gardner, seorang pianis jazz yang bercita-cita menjadi seorang musisi. Sayangnya, dia tidak menjalani apa yang dia suka dan malah menghabiskan waktunya sebagai guru musik di sebuah sekolah. 

Ketika sedang mengajar, dia dipanggil keluar kelas dan diberitahukan bahwa dia akan menjadi guru tetap dengan kenaikan gaji, pesangon, dan asuransi sebagai pegawai tetap tentunya. Nah, logikanya siapa pun akan bahagia ketika mendengar berita itu, namun dia malah terdiam. Lain halnya ketika dia mampir ke toko ibunya, ibu dan teman-temannya girang setengah mati, "Akhirnya kamu mendapatkan pekerjaan tetap, Nak!" ucap ibunya.

Joe pun bingung karena dia tahu ini bukan passion-nya, ibunya pun mengancam Joe untuk tidak menolak kesempatan emas ini. Di tengah kebimbangan, dia mendapatkan telepon dari kenalannya yang memintanya untuk audisi menggantikan posisi pianis sebuah band kuartet pimpinan pemain saxophone Dorothe Williams (Anglea Basset). Joe pun loncat kegirangan! "Oh my God! My dream will come true! I have to make it happen no matter what!". Mungkin kurleb kayak gitu kalo aku boleh bayangin excitednya dia!

Di jalan ketika dia lagi happy-happy nya, dia gak sadar ada lubang di jalan dan dia gak sengaja terjatuh ke dalamnya. Ketika dia bangun, dia terkejut menyadari bahwa dia sedang berjalan menuju cahaya yang sangat besar, setelah dia bertanya kepada makhluk sekitarnya, dia sedang berada di Great After dan akan segera menuju ke alam berikutnya. Dia ternyata sudah meninggal! Dia tidak bisa menerimanya karena dia ingat bahwa nanti malam dia harus tampil sebagai pianis jazz. Dia pun kabur dan masuk ke Great Before; sebuah tempat di mana para jiwa akan dibentuk kepribadiannya sebelum masuk ke bumi. Secara tidak sengaja, dia pun terpilih sebagai mentor untuk 22 yang harus menemukan "spark" agar mendapatkan tiket ke Bumi.

22 adalah jiwa yang rebel, insecure, dan merasa tidak perlu untuk ke Bumi karena sudah nyaman dan cukup dengan menjadi jiwa saja. Hm.. Joe pun semakin semangat untuk membantu 22 mendapatkan "spark" agar tiket ke Bumi dapat digunakan olehnya. Aha! Di sini lah pertemanan antara "yang tidak boleh namun ingin mendapatkan" vs "yang punya kesempatan namun tidak mau mengambil" dimulai! Pada posting-an kali ini, aku mau share 6 ilmu kehidupan yang aku pelajari dari film SOUL. Take your time and enjoy reading!

1. Don't be The Lost Souls!
Dalam satu scene ketika Joe dan 22 sedang bersama Moonwind untuk mendapatkan jalur singkat ke bumi secara ilegal, mereka menjumpai banyaknya Lost Souls dalam perjalanan mereka. Dijelaskan bahwa Lost Souls adalah mereka yang terobsesi dengan sesuatu hingga tidak bisa lepas atau jiwa yang telah terjebak dalam rutinitas mereka.

Sekilas kepikiran, asli serem banget kalau kita uda terbiasa sama rutinitas, namun tenggelam karena uda pasrah dan ga tau mau apa lagi, jadi akan jalani hidup gitu gitu terus, yang penting masih bisa kerja, makan, jalan, cukup aja sampai di sini. Bisa juga berakibat depresi karena lama-lama merasa diri ga berguna dan hidup gitu-gitu aja. Gak heran bunuh diri terus meningkat karena tingginya rasa insecure mereka.

Poin ini bantu mengingatkan kita kalau kita ngerasa hidup uda ga asik lagi dan monoton, look inside, know yourself, and explore more! Nanti di masa tua, akan lebih nyesel sama apa yang ga kita lakuin dibandingkan apa yang kita lakuin tapi ga berhasil, at least ada pengalaman "pernah mencoba"! I hope we don't belong to the lost souls!

2. Never look down on people
Tanpa disadari, Joe dan 22 saling merendahkan hidup satu sama lain. 22 merendahkan Joe ketika dia melihat flashback hidupnya yang monoton, penuh dengan kesuraman dan kesendirian, dan tidak berwarna. Sedangkan Joe juga merendahkan 22 bahwa dia tidak akan berhasil di Bumi karena anaknya rebel dan dia bahkan tidak dapat menemukan "spark" nya.

Ketika aku menonton film ini, aku menyadari bahwa masing-masing mereka merasa bahwa keduanya sama hebatnya bagi masing-masing. Joe merasa dia yang paling pantas kembali ke Bumi karena dia selangkah lebih dekat dengan cita-citanya menjadi pianis jazz, sedangkan 22 merasa hidup sebagai jiwa tanpa perlu menjadi manusia adalah yang terbaik karena dia tidak perlu pusing tentang rumitnya kehidupan manusia. Kebanggaan tersebut membuat mereka terjebak dalam diri masing-masing, merasa diri paling benar dan layak!

Seiring dengan berjalannya film, mereka pun dibuat mengerti bahwa semua impian sama pentingnya bagi masing-masing karena ada tujuan/rasa syukur yang hendak dicapai.

3. Plans change, but things can still work out
Ketika Joe akhirnya berhasil kembali ke Bumi, dia mendapati dirinya di dalam seekor kucing dan justru 22 yang berada di dalam tubuh Joe. Petualangan pun dimulai - 22 yang awalnya ngambek karena tidak mau menjadi manusia pun membuat Joe berpikir keras bagaimana meluluhkan hati 22. Pizza adalah salah satu pembukanya, jika di dalam Great Before 22 tidak dapat mengetahui rasanya pizza, di Bumi dia belajar makan, mencium, bahkan mencicipi nikmatnya pizza!

Poinnya adalah ketika Joe pergi ke barbershop milik temannya Dez, ketika 22 di dalam diri Joe mengajak Dez berbicara, si kucing Joe pun menyadari bahwa dia salah mengira. Selama ini Joe mengira bahwa Dez memang bercita-cita sebagai barber, namun sebenarnya pada awalnya dia ingin menjadi dokter hewan, cita-citanya pupus karena putranya sakit dan dia memilih untuk menekuni barber karena biayanya jauh lebih murah daripada menjadi dokter hewan.

Dez menyadari bahwa tidak semua keinginan berjalan sesuai harapan, namun dia bersyukur dia bisa survived, beradaptasi, menerima dengan ikhlas, bahkan menemukan bakat baru sebagai seorang barber. Pelanggan pun rela menunggu Dez walaupun barber lain sedang tidak ada pelanggan. Kualitas emang ga pernah bohong kan! Hehe. Dez belajar untuk tidak putus asa - menata kembali hidupnya - move on - bahkan dia mendapatkan "fulfillment" dengan menjadi barber sambil mendengarkan celotehan pelanggannya.  

4. Enjoy the big thing
Ketika Joe dengan segala keruwetannya akhirnya berhasil mendampingi permainan idolanya sebagai pianis, dia bangga bukan main, bahkan ibu dan teman-teman ibunya juga ikut bersorak menyemangatinya!


Joe mengira ketika dia sudah selesai bermain, akan ada rasa lega atau "joy" yang luar biasa. Namun, dia tidak merasakan apa pun, bahkan setelah acara berlalu dia sempat bertanya kepada Dorothe, "Now what?". Dorothe pun hanya menatap dan menjawab, "ya apalagi, balik lagi ke sini besok malam dan lakukan hal yang sama!"

I can relate to Joe in this case, dia pikir dia udah mati-matian berjuang agar bisa tampil sebagai pianis jazz, namun setelah terlaksana - he felt nothing. Imho, aku pikir mungkin dia berharap akan ada "dentuman kembang api" di dalam jiwanya, but it didn't happen. Joe pun berpikir apakah ada yang salah? Mengapa begini saja?

Aku rasa terkadang mungkin si "joy" itu ada, hanya saja keegoisan manusia yang selalu merasa kurang alias tidak pernah cukup, sehingga lupa mensyukuri hal besar yang jarang terjadi dalam kehidupan mereka. Jadi, jangan lupa enjoy your big thing ya!

5. The spark isn't your purpose
Kadang manusia "ngotot" bahwa harus ada si "spark" agar hidup jadi lebih berarti dan bermakna. Mereka pun mulai lupa dan mengabaikan kewajiban sehari-hari yang telah dipercayakan kepada mereka, atau bisa jadi mengerjakan sesuatu seperlunya dan secukupnya saja. 

"Bukan ini jalan yang harus gua tempuh", "Kayaknya Tuhan salah nempatin gua di sini", "Kalo gua di sana, pasti gua akan lebih baik dari di sini", and etc u named it. Ada banyak alasan yang sebenarnya endingnya ngarah ke "itu bukan gue banget" sebagai tameng agar orang lain ga bisa maksa kita sesuai kemauan mereka.

Well dude, kalau kita ga mau setia di perkara kecil, ga akan sampai di perkara besar sih! Tanggung jawab itu dipupuk dari banyak kejadian, ga bisa muncul dari janji manis "seandainya" dan "kalau nanti". Sama seperti yang aku percaya dan pegang teguh, di mana pun itu, FINISH WELL! Susah sih, ga ada yang bilang itu mudah, tapi itu worth it! 

6. Enjoy the little things
22 kerap membanggakan bahwa dirinya telah ditangani oleh banyak mentor hebat (President Abraham Lincoln, Mother Teresa, Mahatma Gandhi, dll), namun tidak ada satu pun yang dapat membantunya dalam perjalanan menemukan "spark" nya. Joe pun tidak berhasil.


Dalam perjalanan menemukan jati diri, 22 telah mencoba semua di Great Before dan tidak berhasil menemukan "spark" nya. Setelah sempat mencicipi segala aktivitas di Bumi dengan tubuh Joe (biar lebih seru, coba deh ditonton mengapa masuk ke tubuh Joe!), sepertinya ada harapan.

Tanpa disadari ketika Joe merasakan kehampaan setelah selesai mewujudkan mimpinya, dia terdiam-terduduk-memainkan pianonya sembari melihat isi kantongnya yang sebelumnya diisi oleh 22. Dia pun mengerti jawabannya, aha! Ternyata itu! Dia pun bergegas menemui kembali si 22 dan tanpa disadari "spark" 22 telah terisi dan tiket ke Bumi pun berhasil ia dapatkan. What is that spark? Enjoy the little things; 22 bahagia ketika dia menikmati donat yang manis, daun yang gugur, ketika kembali menyemangati murid Joe untuk tidak berhenti berlatih hal yang disuka walaupun dicibir temannya. Dia menikmati hal-hal kecil dalam hidupnya yang sering kali luput dari pengamatan kita sebagai manusia.

Joe pun tersentak ketika 22 berhasil mengajak ngobrol Dev dan mengetahui struggle dia yang belum pernah diceritakan sebelumnya. Ketika 22 bertanya mengapa demikian, Dev pun menjawab bahwa selama ini Joe terlalu sibuk bercerita tentang jazz-nya hingga tidak pernah memberikan waktu Dev untuk berkisah. Ga heran karena di dalam hidupku, aku lebih sering bertemu dengan orang-orang yang ingin didengar dibandingkan mereka yang bersedia mendengarkan, hehe.

Ketika Joe mengantar 22 ke Bumi dan dia tahu waktunya telah selesai, dia ikhlas dan bersiap pergi ke Great After. Tak disangka Jerry pun memanggilnya dan memberikan 1 lagi kesempatan untuk hidup karena dia berhasil menemukan "spark" nya 22. Sebuah penutupan yang manis ketika Jerry bertanya apa yang akan dia lakukan ketika dia kembali ke Bumi. Joe menjawab bahwa ia belum tahu, tapi yang pasti dia akan berusaha untuk menikmati setiap hal kecil maupun besar yang terjadi dalam hidupnya.

Sulit menikmati kehidupan karena kita cenderung merasa bahagia dan puas jika bucketlists kita terpenuhi, padahal 1 hari baru yang Dia beri kepada kita adalah anugrah tersendiri yang harusnya kita syukuri. Coba inget-inget lagi simple things yang bisa buat kamu happy, dicatat, lalu jangan lupa disyukuri; sehingga kalo kamu lupa/menjalani hari-hari berat, kamu bisa melihat catatan itu dan tersenyum kembali! :)  
Film SOUL yang tayang saat Natal merupakan suguhan yang menarik bagi kita semua untuk mengajak kita kembali melihat ke dalam diri dan belajar mensyukuri tidak hanya untuk hal besar yang terjadi dalam hidup kita, bahkan simple things yang kadang terluput dari pandangan kita!
So, hope you enjoy this post, please comment to share your thoughts, or what's in your mind, and share to your friends who need this encouragement! Good bye and see you in another thoughts of mine! :)

FUN FACT - tahukah kamu bahwa sutradara film Soul (Pete Docter) mendapatkan inspirasi film ini dari buah raspberryPete Docter memberitahu bahwa ada hal-hal kecil yang kurang disadari oleh manusia, padahal sangat berpengaruh pada kehidupan manusia.

Hal kecil ini baru ia sadari ketika sedang bersepeda dan berhenti untuk memetik buah raspberry yang berukuran kecil. Raspberry yang ia makan menjadi buah yang paling menakjubkan karena dijemur di matahari.

Dari buah raspberry yang kecil, ia mendapatkan pelajaran bahwa setiap momen dalam kehidupan bisa menjadi alasan mengapa ia ada di dunia ini.
Director Pete Doctor said this was one of the main aims of the movie. “To say that, you know, just by being alive, we are valued. We are already enough. We all deserve to-to enjoy what life has to offer.  

All you have to do is open your eyes and look around 

0 komentar:

Post a Comment