Halo semua, balik lagi dengan tulisan yang niatnya mau berusaha
konsisten untuk nulis dengan konten travelling, doain ya para pembaca, lagi
agak vakum dari kesibukan dunia sehingga punya waktu untuk blogging :p
Topik kali ini masih di konten yang sama yaitu
penulis mau ngebahas serunya travelling dengan ikut tur, dari sisi plus dan
minusnya, well dalam setiap keputusan yang diambil akan selalu ada sisi pro dan
kontranya (cie, lagi bijak :p). Penulis akan ngebahas dari sisi keuntungan
dulu, eh kerugian dulu deh, karena penulis
suka save the best for the last. So,
check it out ya guys, here we go!
1. Cape fisik aja
Kenapa fisik aja? Bagi yang pernah ikut
tur pasti tau gimana capeknya ngikutin jadwal tur yang padat banget dari pagi
sampai malam, bahkan kadang-kadang demi pindah lokasi yang oke, subuh-subuh
banget kudu bangun buat check out dan akhirnya habisin waktu di bis untuk tidur
– yang kadang ga semua orang bisa pelor (nempel molor), untuk orang seperti itu
penulis termasuk yang susah tidur dengan cepat, huff. Atau sebaliknya, bisa
sibuk ke sana sini sampai larut malam banget jadi ga sempet nikmati hotel yang
bagus, pulang-pulang berasa banget badan pengen cepet nempel kasur.
2. Biaya tidak sesuai janji
Ini kebiasaan yang sering bahkan
kayaknya uda berusaha dimengerti oleh apra traveller, imho ya pengalaman di tur
Indonesia itu pas lihat iklannya di koran misal per orang kena 20 juta, begitu
cek ke website resminya 25 juta, begitu coba telepon ke CP turnya tau-tau uda
30 juta belum lagi ditambah biaya tour guide dan biaya tambahan masuk suatu
arena, dll, dll. Duh, males banget – ngeselin sih kadang, maap penulis baper.
Actually bukan keberatan di masalah biaya, cuma kadang traveller itu begitu bayar lunas di muka, pengennya pure jalan-jalan dan nikmati apa yang uda dibayar tambah embel-embel lagi, kan uang lebihnya bakal dipake buat belanja, kalo masalah tips guide sih penulis no problem ya, it’s a common thing.
3. Membosankan
Ini adalah reason yang belum tentu semua
orang setuju, kadang acaranya gitu-gitu aja:
makan-jalan-makan-jalan-makan-jalan-belanja-pulang-tidur, gitu terus, jadi
sedikit membosankan. Terkadang mungkin bakal jarang nemuin sesama anak muda
karena biasanya yang rajin ikut tur gitu adalah para orang tua yang emang males
rempong urus sana-sini dan cuma mau terima jadi dan beres aja. Tidak menutup
kemungkinan bisa ketemu sama sesama anak muda yang pasti lagi jalan sama orang
tuanya juga, tapi peluangnya sedikittt.
Membosankan di sini bisa juga dalam arti
menunggu, misal nih kamu adalah karyawan yang bakal pergi demi ngabisin cutimu
yang bukan high season, kamu bisa nunggu entah sampai kapan kuota akan penuh
sembari berharap-harap cemas perjalanan tidak dibatalkan karena uda bayar dan
emang niat mau abisin cuti. Ide bagusnya adalah kalo kamu bisa boyong keluarga
besarmu yang se-RT (lebay) dan langsung bisa nutupin kuota yang ada atau sisa
kuota yang mungkin cuma perlu 10/15 orang.
4. Tidak sesuai keinginan
Bukan lagi nyalahin tur, based on writer’s
experiences yang ga banyak, kadang suka diajak ke tempat yang kita ga mau,
bahkan ga terpikir, penulis ngalamin waktu pergi ke daerah-daerah di Tiongkok
(kalo mau ngelilingi seluruh kota di Tiongkok ga bakal cukup pergi sekali aja
kan), kamu biasanya dan hampir selalu pasti (lebay :p) diajak mengunjungi entah
toko sutera, toko giok, toko teh, toko pisau, atau toko apa pun – kadang agak
kasar karena kesannya kita dipaksa untuk beli produk mereka, sampai memohon
untuk beli karena mereka dapat target untuk berhasil menjual. Akhirnya dalam
suatu tur kita 1 rombongan pernah sepakat buat ga beli apa pun karena ngerasa
diperas dan ada 1 kepala geng yang bilang ke guide kalo tujuan jalan-jalan itu
buat have fun dan belanja yang emang sesuai keinginan sendiri bukan based on
torture.
Coba bayangin, ga minat ke sini tapi diajak ke sini T_T |
5. Waktu tidak bebas dan terbatas
This is the very main reason why i stop
from joining tour in travelling around the world, ga betah banget sama aturan
waktu yang serba dibatasin, misal penulis yang lagi travelling liat keajaiban
dunia di Tiongkok, salah satunya The Great Wall. Baru aja sampe di sana,
guidenya langsung bilang waktunya 40 menit ya untuk foto-foto dan jalan-jalan
di sekitar sini, ga usah jauh-jauh. Whot??? Apa yang mau dipanjat kalo cuma
segitu, baru juga sampe di undakan pertama, uda keburu habis waktunya, belum
lagi sesi foto-foto yang banyak gaya dengan berbagai sudut. Ah, males!
Oke, penulis sudah
jabarkan dengan lengkap ruginya travelling dengan tur based on my own
experience. Sekarang kita lanjut yuk ke hal-hal
positif dari ikut tur, ga adil kan kalo kita cuma ngebahas sisi negatifnya,
so here we go again dudes!
6. Bisa nambah paket wisata
Nah, ini yang emang mungkin ga semua tur
bisa ngelakuin, kadang bisa depends dari kekompakan orang-orang yang join di
tur itu. Berdasarkan cerita mama, ternyata dia bisa ganti rute perjalanan yang
tadinya berkunjung ke kota A menjadi kota B karena ternyata orang-orangnya uda
pada pergi ke kota A dan pada sepakat untuk ganti rute, jadilah diganti kota B.
Pasti langsung mikir, kalo uda tau ada kota A ngapain dipilih? Nah, kadang
pilihan tur kan ga banyak ya, jadinya suka milih yang hampir mendekati sempurna
(keinginan pribadi) dengan ngorbanin
kota lain yang ada dalam daftar kunjungan yang mungkin uda pernah
dikunjungi J
7. Dapat temen baru
Ini kebalikan dari alasan di atas ya,
kalo kita dapet grup yang isinya ada anak muda alias ga cuma orang tua. Kamu bisa
berkesempatan untuk kenalan dan memperluas jaringanmu :p
Tapi tanpa mengdiskreditkan orang tua
ya, jangan salah lho, kadang mereka bisa lebih gahul dan asik daripada kita
yang masih muda ini karena mereka para ortu kece yang berjiwa muda.
Salah satu foto grup waktu ikut tur Malaysia |
8. Ga repot
Buat kalian semua yang ga suka segala
kerempongan dan keruwetan hidup dalam nyusun itinerary kalo mau bertualang
sendiri, joining a tour memang the best choice sih. Oh, ada opsi lain, kalo
kamu bisa punya temen yang emang ga suka diganggu pas nyusun itin, jadi
sumbangsih kamu cuma doa, basa-basi nanya “ada yang bisa gue bantu ga?”,
sisanya tinggal sabar dan nunggu jadi aja, haha.
Dengan ikut tur, kamu cuma perlu
ngeluarin duit di awal dan duduk manis tunggu HP kamu berbunyi untuk infoin
jadwal tiket – tambahan biaya (jika ada) – uda terisi penuh ato belum kuota
turnya – packing baju-baju cantik dan kece untuk foto sesuai musim jangan lupa –
siapin kamera, powerbank, apapun itu, hehe.
9. Lebih teratur
Mirip-mirip sama no. 8, kalo kamu termasuk
orang yang males mikir, tur itu udah bantuin kita susun itin dengan kota-kota
yang sejalan. Maksudnya gimana? Kalo misal nih kalian mau ngunjungin kepulauan
Taiwan, pasti pertama bakal bingung – mau dari mana dulu ya, sisi utara atau
selatan, pas buka peta bukan nemu pencerahan, malah tambah bingung. Nah, dengan
ikut tur segala hal kayak gitu uda ga perlu kalian pusingin lagi, duduk, bayar,
terima beres, dan tunggu jadwal keberangkatan aja.
10. Budget
bisa diatur
Nah, ini balik lagi kepada ‘kecerdikan’
masing-masing orang dalam pilih agen tur terpercaya dan ga nipu-nipu alias ga
malakin biaya tambahan di tengah-tengah tur uda jalan. Hayo ngaku, siapa yang
suka manyun kesel sendiri kalo tau-tau ada biaya tambahan yang bahkan ga
diinfoin dari pertama kalian bayar lunas di muka tur tersebut? Oleh karena itu,
bijaklah dalam memilih tur terbaik yang emang sesuai dengan harga yang di-state
pada brosur, biasanya sih tur yang uda punya nama, tapi ga boleh mengecilkan
yang baru berusaha juga alias tur yang masih bayi atau bocah, mereka juga ga
kalah bagus. Intinya sih banyak nanya dan browsing aja seputar pengalaman
orang-orang yang sering ikut tur dengan agen yang berbeda-beda.
In the end, penulis
mau ngasi tau bahwa untuk negara-negara tetangga macam Singapura dan Malaysia
biasanya penulis ga pake tur alias jalan sendiri, lebih bebas dan asik. Sisanya
menggunakan tur berbayar, namun alasan penulis membelot dan kapok ikut tur
salah duanya adalah alasan no 4 dan 5, penulis ga suka dipaksa membeli sesuatu
yang ga disuka, bahkan pernah dilarang pergi ke WC karena nolak beli teh
Tiongkok yang katanya usianya udah ratusan tahun.
Kebebasan waktu
adalah alasan utama yang penulis rasakan ketika nyusun itin dan berhasil
merealisasikan itin tersebut jadi kenyataan, rasanya puas banget bisa main di
suatu tempat tanpa denger toa si guide yang bilang, “Ayo balik ke bis karena
waktunya udah habis”. Penulis suka ngerasa waktunya yang diberikan terlalu
maksa dan dikit, padahal belum sempet ngapa-ngapain, apalagi kalo lagi hunting
oleh-oleh buat keluarga dan temen-temen.
Well, semua plus
minus yang dijabarkan di atas murni berdasarkan pengalaman penulis sendiri,
tanpa ada paksaan dari siapa pun, jika ada kesamaan rasa dan kondisi harap
dimaklumi ya #ciesinetronabiss
Di postingan berikutnya, penulis akan berbagi suka
dukanya travelling dengan itinerary sendiri. Nah, sekarang gantian penulis yang
nanya, “Kamu lebih suka ikut tur ato nyusun itin sendiri? Kenapa?” Give your answers below ya ^^
0 komentar:
Post a Comment