Senin, 4 November 2013
Kemarin kami yang terdiri dari aku dan teman-teman gereja pergi
melayat salah satu jemaat kami yang mamanya sudah dipanggil Tuhan. Aku agak
sedih karena belum sempat menjenguk mamanya ketika dirawat di rs, dan ternyata
aku denger beliau sudah dipanggil Tuhan. Kami datang untuk mengadakan ibadah
penghiburan bagi mereka. Kami menaikkan pujian dan sejenak di dalam pikiranku
lagi-lagi merenungkan banyak hal.
Pendeta kami (Pak Ong) menyampaikan Firman yang seperti biasa ada di
ibadah orang meninggal, dari debu akan kembali menjadi debu. Seingatku, hanya
ada 2 kebaktian penghiburan Kristen yang pernah aku ikuti, yang pertama saat
Ibu Lim (KepSek SD) meninggal saat aku masih SMP dan saat suami dari ibu Titiek
(Guru Matematika SMA) meninggal. Jadi sudah lama sekali aku tidak mengikuti
ibadah secara Kristen. Keluarga besar kami masih menganut kepercayaan Kong Hu
Chu, jadi ritual keagamaan pada saat ada yang meninggal sangat jauh berbeda
dengan ritual Kristen.
Entah mengapa kemarin aku terpikir beberapa hal, meninggal secara
Kristen ‘seolah-olah’ bahagia dan tanpa beban, karena dikatakan bahwa hidup di
dunia memang hanya sementara, toh inti dari perjuangan orang-orang yang mengaku
dirinya seorang ‘Kristen’ adalah kekekalan itu sendiri, di mana rohnya akhirnya
bertemu dengan Allah Bapa dalam kemuliaan di Kerajaan Surga.
Sepertinya menarik sekali apa yang ditawarkan Tuhan, percaya kepadaNya
dan taat mengerjakan panggilanNya, kita seperti sedang berada dalam sebuah
perlombaan yang ujungnya akan mendapatkan ‘mahkota kekal’. Kesusahan di dunia
tentu tidak sebanding dengan apa yang ditawarkan kelak jika kita didapatiNya
setia. Syukur kepadaNya karena Dia boleh memanggilku menjadi seorang yang boleh
menerima Yesus sebagai satu-satunya Juruslamat dalam hidupku.
Kembali ke topik awal, sebenarnya mama jemaat adalah orang yang belum
percaya, namun dalam masa-masa perawatan di rs, beliau sempat menangis jika
dinyanyikan lagu rohani dan didoakan. Oleh karena itu, anak-anaknya memutuskan
untuk menguburkan mamanya secara Kristen. Gereja kami pun mengadakan ibadah
penghiburan untuk mama jemaat.
Sekilas aku terpikir bagaimana dengan orang tuaku yang hingga detik
ini belum percaya, namun aku melihat Tuhan sedang bekerja dalam hidup mereka,
syukurlah mereka bisa melihat Tuhan sungguh hidup dalam kehidupan ketiga
anaknya.